19 June 2009

Menelusuri Pelacuran ABG di Sejumlah Kota (MAKASAR)

Berbeda lagi dengan Ogi, menggeluti dunia pelacuran memang semata-mata
karena butuh uang untuk hidup. Anak bungsu dari dua bersaudara ini, orang
tuanya hanya daeng becak (tukang becak).

Gadis berparas cantik ini, dalam usia yang sudah 16 tahun, hidupnya lebih
mapan. Ia memiliki handphone dan pakaian serta alat kecantikan yang
diapakai dari merek-merek terkenal.

Ia adalah salah satu penghuni Losari, yang oleh teman-temannya dianggap
sudah ’sukses’, karena sudah pernah kawin kontrak dengan seorang pria
warga negara Jepang.

Ia meninggalkan Pantai Losari, karena mendapat lokasi lain yang lebih
menjanjikan, “Ada yang mengajak saya kerja sebagai pelayan di salah satu
karaoke,” katanya.

Berangkat dari situ, ia ingin meraih ‘prestasi’. Ia ingin memerankan peran
ganda baik sebagai pelayan bir maupun sebagai budak nafsu. “Mulanya saya
ragu menawarkan diri,” katanya. Namun alangkah girangnya bukan main ketika
seorang warga negara keturunan Tionghoa memberinya uang Rp 200.000 setelah
diajak kencan.

Selain di tempat itu, mereka juga bisa ditemui di bioskop Studio 21 atau
di pinggir Jalan Dr Sam Ratulangi. Salah satu ABG yang mangkal di Jl Sam
Ratulangi, Ogi, 18 tahun. Ia hanya mau diajak kencan oleh orang-orang
gedongan dengan imbalan Rp 250.000 hingga Rp 400.000.

“Gengsi dong kencan dengan sembarang orang,” katanya. Dengan demikian,
wajar jika bisa memakai handphone serta pakaian bermerek lainnya. “Kalau
bukan di hotel saya tidak mau kencan,” katanya. Paling tidak, hotel kelas
melati.

Sebenarnya, Ogi bukanlah berasal dari kalangan keluarga miskin. Tetapi
mengapa sampai terjerumus ke lembah nista? Menurut dia, akibat kegagalan
membina hubungan dengan kekasihnya, telah membuatnya kehilangan harapan.
Yang membuatnya lebih sakit, karena yang merebut kekasihnya itu adalah
keluarganya sendiri. Akhirnya lari dari rumah untuk hidup di ‘alam bebas’,
“Saya sekarang ngontrak rumah,” katanya.

Ia kini telah hidup sebagai istri peliharaan dari seorang pengusaha
berkewarganegaran Tionghoa, selain juga berkencan dengan banyak pria.

Cici, 16 tahun juga memasang tarif cukup mahal, Rp 250 ribu sekali kencan.
Penampilan sama sekali tidak mengesankan sebagai etek. Bahkan bisa
dibilang sangat sopan. Ia juga tidak ingin menjajakan diri secara terbuka.
“Saya tidak biasa mangkal di tempat terbuka,” katanya. Selama ini ladang
operasinya, lebih banyak menjaring mangsa di night club seperti Ziqzaq di
Makassar Golden Hotel (MGH) atau di M Club Kawasan perumahan elite
Panakukang Mas.

Etek ‘elite’ ini, dalam beroperasi memiliki kata sandi. Biasanya mereka
mengatakan mau ke ATM jika ditanya oleh rekan-rekannya saat ke luar dari
rumah, “ATM, kan identik dengan uang,” tutur Cici.

Menurut dia, sudah banyak pria yang mengajaknya kencan di berbagai hotel,
kelas melati maupun berbintang. Ia menyebut beberapa hotel seperti yang
terletak di Jl Emy Saelan, Jl Cenderawasih, Jl Bhayangkara, Jl Penghibur,
dan Jl Dr Samratulangi. Soal tarif, bagi pria yang tidak begitu dikenalnya
tidak ada kompromi. “Nginap bisa Rp 400.000. Kalau hanya dua sampai tiga
jam saja, Rp 250.000 sampai Rp 300.000,” ujarnya.

Bagi Cici, tidak semua uang diperolehnya berasal dari ‘hasil keringat’
begituan, “Ada juga ngasih uang karena pertemanan,” ujar. Pengalamannya,
tidak semau laki-laki hidung belang yang mengajak kencan langsung masuk
kamar. “Keliling kota dulu atau menikmati hidangan di warung atau
restauran,” ujarnya lagi.

Cara mencari mangsa, tidak terang-terangan. Mereka tetap berusaha menahan
diri. Biasanya diawali obrolan basa-basi di dalam night club, “Lelaki yang
punya pengalaman, tentu langsung bisa menangkap apa arti obrolan itu,”
ujar Cici.

Mereka juga bisa mencari mangsa melalui germo atau cukung. Salah seorang
cukong, Sun, 26, tahun mengaku mendapat penghasilan Rp 50.000 tiap malam,
“Satu wanita komisinya Rp 10.000,” ujarnya.

Sun yang kawasan operasinya di Makassar Golden Hotel (MGH) tidak sungkan
mempromosikan ‘produknya’, “Ada namanya Yana, Evi. Semuanya anak belasan
tahun yang penampilannya oke,” katanya.

Menurut Cici, yang paling tidak menyenangkan kencan dengan pria, kalau
menuntutnya macam-macam, seperti oral seks atau melalui bagian ‘belakang’.
Karena segan lantaran sudah dibayar, biasanya dipenuhi juga, “Sebenarnya
jijik. Tapi cara mengatasinya, merem aja,” ujarnya.

1 comment:

Anonymous said...

Pertama nya gan...

ane blm pnh kencan.. pingin cobain kencan.. di nusantara kebanyakan org tua gan. ke club mlm udh 5x malah gk pnh di samperin ama cew...:(

pingin cari ank abg gan... ksh tips donk bro.. ane pingin banget cobain kencan sekali.
nih nope ane gan
082197365895