19 June 2009

Menelusuri Pelacuran ABG di Sejumlah Kota (PEKANBARU)

Mendongkrak Tarif dengan ‘Handphone’

GELAK tawa Sari berderai sembari menempelkan telepon genggamnya di kuping
sebelah kanan. Gadis ABG berusia 17 tahun dan memiliki body tinggi
langsing itu terus berkomunikasi dengan sekali-sekali matanya menggoda
pria yang melewatinya di lantai V Senapelan Plaza, Pekanbaru.

Sari yang tidak tamat SMU itu mengaku ketagihan dengan pil gila ‘inex’.
Karena itu tidak jarang dia mau saja diajak ke mana saja jika ada yang mau
memberikan sebutir. ‘’Harganya mahal, saya nggak tahan jika sehari saja
nggak nekan (triping-red),'’ kata remaja berlesung pipit itu sambil terus
memencet sejumlah angka di handphone-nya.

Menurut Sari, dirinya terjerembab di dunia sesat itu baru satu tahun.
Akibat pergaulan bebas, sekolahnya pun menjadi korban. Semula dia termasuk
anak yang pendiam, baik itu di rumah maupun di sekolah. Tapi setelah mulai
mengenal cinta dengan seorang mahasiswa, dia sering diajak ke diskotek.
Mulailah dirinya mengenal apa itu house music serta pil setan.

Malang baginya, karena ketagihan pil inex, tubuhnya mau saja diobok-obok
oleh sang pacar. ‘’Saat itu semuanya telah saya serahkan kepada dia. Tapi
setelah dia puas malah dia menggandeng cewek lain di depan mata saya
sendiri,'’ sungut ABG yang mengaku pernah berjilbab saat masih sekolah.

Entah pelarian atau ketagihan namanya, Sari bertambah larut dengan
berbagai jenis obat yang diakuinya bisa menghilangkan semua masalahnya.
Sementara untuk terus melanjutkan sekolah dirinya merasa tidak mood lagi.
‘’Tapi di sini yang mangkal di plaza banyak juga anak sekolah, malah ada
yang masih SMP,'’ ujar Sari.

Dengan wajah tertunduk Sari mengakui jika ditanya soal tarif bisa mencapai
Rp 250 ribu hingga 300 ribu. ‘’Lumayanlah bisa untuk bayar rekening
handphone dan beli inex,'’ ujar cewek hitam manis yang mengaku tinggal di
kawasan Pintu Angin, Jalan Sultan Syarif Qasyim.

Malah gadis yang pernah bercita-cita menjadi peragawati ini mengakui
dengan menggenggam handphone bisa menaikkan tarif karena terasa lebih
percaya diri dan terkesan kelas tinggi dalam menggaet pria berduit.

Diakuinya, tarif itu tidak mutlak. Ada juga pria yang disukainya, tanpa
tarif dia langsung ke hotel. ‘’Saya punya pacar lagi Mas, dia sering
membagi pil. Untuk satu pil saja saya mau diajak ke mana saja,'’ katanya.
Hebatnya, pacar Sari tidak pernah cemburu, di saat Sari di-booking salah
seorang pria. Bahkan Andi, pacar Sari, siap mencarikan mangsa untuk Sari.

‘’Saya kurang suka dengan anak sekolah, karena banyak yang kere. Saya suka
laki-laki yang agak mapan. Itu bisa terlihat dari penampilannya. Apalagi
di kota ini banyak pengusaha yang berhasil,'’ ujar Sari yang baru setahun
mengenali dunia semipelacuran ini.

Tarif ABG yang lebih dikenal dengan istilah ‘lontong’ di Pekanbaru memang
tergolong mahal. Untuk mendapatkan ‘daun muda’ itu bisa merogoh kocek
minimal Rp 500 ribu. Tapi jika sudah berlangganan, terkadang bisa saja
dengan sebutir inex dapat pelayanan gratis di penginapan.

Bisnis esek-esek para ABG ini sangat kentara di pusat pertokoan, seperti
Matahari Plaza dan Senapelan Plaza. Apalagi Diskotek Orion, Senapelan
Plaza di Jalan Teuku Umar buka siang pada Sabtu, dan Minggu.

Fenomena keberadaan ABG di pusat pertokoan sudah menjadi rahasia umum.
Seperti di pusat pertokoan Matahari Plaza, Jl Pepaya, dengan berpakaian
sedikit mencolok dan bergerombol mereka ‘mejeng’ seperti sedang menunggu
seseorang.

Pada umumnya alasan mereka lebih menyukai plaza sebagai tempat mangkal
antara lain dengan gampang ngajak shopping bila ada bos-bos yang ingin
mem-booking.

Pada Sabtu dan Minggu mereka bergerombol mejeng di setiap lantai di
Matahari Plaza. Dari cara berpakaian jelas kentara, antara lain T-shirt
serta celana jins ketat hingga menampakkan perut dan sepatu berhak tinggi
sambil menggenggam handphone.

Hari Sabtu, pemandangan di lantai V di Senapelan lebih hidup, karena ABG
berkeliaran menunggu tawaran untuk naik ke atas (diskotek).

‘’Pada umumnya para ABG yang berkeliaran menunggu tawaran masuk ke
diskotek adalah ABG kurang mampu. Mereka mau saja diraba-raba, asal ada
yang mengajak naik ke atas,'’ ujar Yudhi, salah seorang makelar ABG di
lokasi tersebut. Tapi ABG yang nongkrong di plaza-plaza biasanya sudah
memiliki langganan tetap.

ABG itu, lanjut Yudhi, sesampai di dalam diskotek akan melepaskan diri
dari pembawanya. “Biasanya, para ABG seperti itu, lebih suka nongkrong di
diskotek daripada diajak keluar. Jika ingin mengajak keluar, tunggu hingga
dia ‘on’,'’ bisik pria yang mengaku hidup dari kelincahan menawarkan ABG.

Yudhi juga mengatakan bahwa tidak semua ABG yang mangkal mengintai mangsa
dengan lagak sedikit mencuri perhatian. Ada juga sambil bermain video
game.

Mereka dengan tertawa lepas bermain seperti anak-anak lainnya. ‘’Tapi itu
sudah pasti ABG yang memiliki langganan, jadi nggak perlu lagi mencari,'’
kata Yudhi.

Irna, salah seorang ABG yang masih duduk di bangku kelas II salah satu SMU
swasta di Pekanbaru. Dia paling suka berjingkrak-jingkrak di tengah
ingar-bingar musik diskotek. Karena itu setiap Sabtu, sepulang sekolah,
Irna dan teman-temannya yang membawa pakaian ganti di tasnya langsung
menuju Orion House Music di Senapelan Plaza.

Mereka tak mau disamakan dengan para ‘lontong’ yang siap melayani di
penginapan ataupun hotel. Tetapi jika mereka mendapatkan pasangan yang
membuat ’syur’ di lantai diskotek, mereka rela diraba-raba, tapi dengan
imbalan cukup setengah butir inex.

‘’Jangan samakan kami dengan lontong-lontong itu, kami tetap menjaga yang
satu itu. Kalau hamil, bisa berabe hidup saya,'’ cetus Irna, sambil
menggoyang-goyang kepalanya.

Berbeda dengan Irna, rekannya Yuyun, 17, malah dengan menantang dirinya
pernah di-booking laki-laki. Dengan alasan belajar bersama di rumah teman,
Yuyun ternyata belajar di arena diskotek sambil ‘triping’. ‘’Tapi yang
mem-booking harus melalui seleksi, saya nggak mau yang gaek (tua).
Pokoknya senang sama senang, saya nggak mikiran soal tarif, yang penting
ada inex, gampanglah itu,'’ ujar Yuyun.

Yuyun berterus terang bahwa dirinya kecandungan obat terlarang melalui
salah seorang temannya. Sedangkan keperawanannya memang sudah amblas saat
duduk di bangku kelas III SMP. Karena itu dia tidak lagi berpikir panjang
untuk terjun ke bisnis esek-esek. ‘’Tapi saya bukan mencari uang, yang
penting happy,'’ tutur ABG yang mengaku asli Riau.

No comments: