19 June 2009

Menelusuri Pelacuran ABG di Sejumlah Kota (MANADO)

SYENY marah-marah ketika seorang pria memberinya uang setelah selesai
berkencan, “Memangnya saya pelacur. Saya tidak sudi dibayar,” katanya
dengan nada tinggi, sambil bergegas meninggalkan kamar sebuah hotel di
Manado, Sulawesi Utara.

Gadis berusia 16 tahun, siswa sebuah SMU di Manado itu, menceritakan
pengalamannya berkencan dengan seorang eksekutif muda, hanya untuk mencari
pengalaman.

“Biasanya orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman,” ujarnya.
Pengalaman yang hendak ditimba dari pria dewasa, akan ‘ditularkan’ lagi
kepada pacarnya.

Syeny biasa berkeluyuran dari satu diskotek ke diskotek lainnya. Bila akan
menggaet ‘mangsa’ di dalam diskotek, Syeny selalu mencari pria yang duduk
sendirian. “Saya ajak dia berbincang-bincang. Biasanya berakhir di kamar
hotel,” ujarnya.

Ia tidak mau mendekati sembarangan pria. Pilihannya, yang kelihatan
berwibawa, dewasa, necis, dan ganteng. Pria dengan ciri-ciri seperti itu,
menurut Syeny, tidak perlu diragukan lagi, pasti kantongnya tebal, “Tapi
saya tidak pernah mengincar kantong pria. Tapi saya percaya, pria
berkantong tebal pasti memiliki banyak pengalaman dengan wanita. Itu yang
ingin saya dapatkan,” tuturnya.

Gadis berkulit bersih itu berterus terang bahwa dirinya agak ‘gila’ seks.
Pertama kali, ia melakukan hubungan seks dengan pacarnya setelah menonton
VCD porno di rumahnya. Hubungan kedua, ketiga, sampai kelima kali tetap
dilakukan dengan sang pacar. Tetapi Syeny merasakan tidak ada variasi,
tidak seperti yang ditonton di VCD.

Didorong oleh keinginan mendapatkan ‘perubahan’ ia mencoba-coba mendekati
pria yang sedang menyendiri di sebuah diskotek, “Rasanya memang berbeda,”
ujarnya. Setelah itu, Syeny pun terperangkap dalam pelukan sejumlah lelaki
hidung belang.

Bicara soal diskotek, Syeny memang anak diskotek. Ia sudah menjelajah
semua diskotek yang ada di Manado. Ia acap kali masuk ke tempat hiburan
itu bersama pacarnya. “Tapi sekarang saya ke diskotek bersama teman-teman
wanita. Kadang-kadang juga sendiri,” tuturnya.

Ketika ia mengincar seorang pria di dalam diskotek, teman-temannya pun
melakukan hal serupa. Tetapi teman-temannya kebanyakan bertujuan mencari
uang, “Sekadar tambahan uang jajan,” kata Sisca.

Tarif yang dipasang para ABG itu bervariasi antara Rp 100.000 sampai Rp
300.000. Soal tarif, tergantung tampang dan sikap pria. Bila ganteng dan
menyenangkan, bisa dapat harga murah.

Tidak setiap malam mereka bisa mendapatkan pria, karena harus bersaing
dengan wanita lain yang memang sudah terkoordinasi dengan rapi, “Kami
harus bergerilya, dan berpura-pura sudah mengenal pria yang kami dekati,”
kata Sisca.

Selain di diskotek, mereka juga sering bergentayangan di mal. Salah satu
mal yang dijadikan tempat mangkal para gadis ABG di Manado, adalah mal di
Jl Sam Ratulangi, yang berhadapan persis dengan markas Korem 131/Santiago.

Di mal tersebut, mulai tengah hari sampai menjelang tutup, banyak gadis
ABG yang berkeliaran. Cara mereka memancing pria nakal, berpura-pura
menunggu seseorang sampil berusaha tersenyum bila bertatapan dengan
seorang pria.

Di tempat-tempat terbuka seperti di mal-mal, para ABG Manado biasanya
mondar-mandir. Cara jalan mereka persis sedang beraksi di atas cat-walk.
Dan untuk mendapatkan mereka, tak perlu main kucing-kucingan. Biasanya
diawali dengan makan bersama atau belanja. Seterusnya, terserah Anda, bisa
di motel di luar kota, atau di hotel.

Para pria yang sering berkencan dengan ABG pun sudah hafal betul gaya
mereka. Bila menjumpai ABG yang tersenyum, langsung didekati dan ngobrol
‘ngalor-ngidul’ sebentar, kemudian mencari tempat.

Menurut Meity, gadis ABG yang mangkal di mal tersebut, paling enak
menggaet pria yang dari luar kota, “Biasanya saya berpura-pura menyapanya.
Bila ada tanda-tanda dia suka, ya kami berangkat. Biasanya saya yang
menentukan tempatnya, kalau dia tidak tinggal di hotel,” katanya.

Uang yang diperoleh Meity setiap bulannya bisa mencapai Rp 1 juta. Ia
tidak bisa menghitung penghasilan harian, “Kan tidak setap hari. Lagi pula
saya tidak serius mencari uang dengan cara ini, hanya iseng,” kata gadis
berambut pendek, berusia 18 tahun itu.

Bicara mengenai uang, memang agak peka di kalangan ABG Manado, “Jangan
pernah bicara uang saat sebelum, sedang, maupun sesudah main. Itu tabu.
Kalau memang mau kasih, silakan,” ujar Joice, 17 tahun, rekan Meity.

Salah seorang pria yang sering berkencan dengan ABG mengatakan, ia hampir
tidak pernah mengeluarkan uang dalam berkencan dengan ABG. Ia mengeluarkan
uang paling untuk membeli makanan dan sewa kamar hotel.

“Di sini yang diperlukan adalah semangat hunting. Daya juang seorang
pemburu memang diuji di Manado. Seorang pemburu terkadang tak perlu modal
uang, tetapi kewibawaan dan kecerdikan. Sebab, ABG di Manado sangat sok
gengsi. Mereka berani melempar bundelan uang jutaan ke luar mobil, bila
tersinggung. Mereka tidak gila duit. Jangan bergaya sok kaya di hadapan
mereka. Wajar-wajar saja, necis, dan sopan,” kata Ruddy, 45, seorang
eksekutif muda yang cukup berpengalaman bergaul dengan para ABG itu.

Wilayah operasi para ABG Manado memang tak sulit dijumpai. Selain lokasi
di seputaran mal di Jalan Sam Ratulangi, baik di luar maupun di dalam
gedung, para ABG Manado dapat pula ditemui di sejumlah kafe di Manado
Boulevard, atau di beberapa tempat hiburan malam.

Sangat sulit menjumpai mereka di hotel-hotel berbintang. “Itu sudah
pasarannya wanita bayaran,” ujar Joice.

Joice menuturkan, ia tidak mau dibawa terlalu lama, apalagi diajak ke luar
kota, “Saya mesti ada di rumah paling lambat pukul 19.00,” kata Joice. Ia
tidak mau orang tuanya mencurigainya.

ABG Manado senang ‘bermain’ dengan para eksekutif muda dan tanpa harus
dibayar, selain untuk kepuasan, juga ada sesuatu yang cukup besar yang
mereka incar, yaitu pekerjaan.

“Banyak juga kawan kami yang bisa memperoleh pekerjaan di beberapa
perusahaan bonafid, apakah itu di Manado, Bitung, bahkan di Jakarta dan
kota-kota lainnya, hanya karena makin akrab berhubungan dengan para
eksekutif muda,” ungkap Meity.

No comments: