17 July 2009

Germo Banci Dominasi Bisnis Seks

Jakarta - Runtuhnya kejayaan Hartono Prapanca sebagai germo kelas atas, ternyata tidak membuat dunia bisnis seks lesu darah. Mati satu tumbuh seribu.

Tidak heran bila bisnis lendir di Jakarta sekarang ini kian marak dengan tampilnya germo-germo baru mendominasi dunia kenikmatan bagi kaum lelaki ini.

Namun d ibalik fenomena banyaknya germo-germo baru yang muncul, ternyata germo banci sangat mendominasi jaringan perempuan penghibur dari kelas menengah sampai atas dengan modus operandi rapi dan terorganisir.

Tidak itu saja, salah seorang germo banci ini ada yang khusus menangani kalangan artis untuk dijual kepada pengusaha atau pejabat. Di dunia infotaimenmen, nama Om Bam tidak asing lagi, karena sering menjadi bahan berita baik di tabloid hiburan maupun di tayangan infotaimen televisi.

Peranan germo yang biasa disebut GM, mucikari, broker, cong, atau mami ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam bisnis seks ini. Mereka menentukan proses perekrutan hingga pemasaran. Di tangan germo inilah, nilai jual seorang wanita penghibur bisa menjadi sangat bernilai atau harganya sesuai pasar.

Karena gaya bicaranya yang lemah gemulai dan meyakinkan, serta bisa menjual dengan harga tinggi, banyak perempuan penghibur dari kalangan pelajar, mahasiswi sampai artis lebih tertarik dicomblangi oleh banci daripada oleh 'mami' (germo perempuan) atau 'papi' (germo pria).

Jadi jangan heran sekarang bila kita ke kafe atau tempat hiburan banyak bencong-bencong yang pergi dan datang bersama beberapa perempuan cantik.

Seorang germo banci, sebut saja namanya Andy, sangat pandai menjual 'anak didiknya' dengan harga tinggi. Bila seorang perempuan penghibur itu bila transaksi sendiri hanya dibayar Rp500.000, maka ditangan Andy nilainya bisa menjadi Rp3 juta sampai Rp5 juta untuk {short time).

Selain itu mereka juga tidak usah repot-repot mencari tamu dengan mejeng di mal atau di tempat hiburan malam seperti diskotek atau klub, cukup nunggu di tempat kos dan Andy akan mencarikan tamu buat mereka.

"Kita tinggal nunggu call dari Andy aja untuk meluncur di hotel mana, nggak pusing cari tamu, Mas," ujar Adis, seorang 'anak didik' Andy.

Adis yang kos di Benhil ini adalah mahasiswi perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan. Kegiatannya selain kuliah juga menjadi model tabloid atau majalah hiburan.

Menurut Adis, ia memakai germo banci sebagai broker karena selain bisa menjual dengan harga tinggi, pergaulannya sangat luas, dan juga bisa menjadi teman curhat yang dapat dipercaya.

"Saya bisa cerita apa saja, tentang pacar atau yang lainnya tanpa harus malu. Dan germo banci ini selalu bisa berbagi dan memberikan solusi yang tepat," kata perempuan asal Menado.

Bahkan, kata Adis, di tangan Andy dia pernah mendapatkan tamu seorang paranormal ternama yang memiliki kekayaan miliaran dan kemana-kemana selalu dikawal bodyguard.

"Saya dijual dengan harga Rp 5 juta, tetapi saya dapat tip dari tamu itu setelah kencan Rp10 juta," ujar Adis.

Menurut Adis, dari uang Rp5 juta itu, Andy mengambil komisi 20%, hingga ia hanya mendapatkan Rp 3 juta.

"Ya, senang-senang aja, Mas dipotong segitu, wong kita gak repot cari tamu koq, dan tamu yang didapat pasti bonafid," tambah Adis lagi.

Adis yang mengaku terpaksa menjadi perempuan penghibur ini karena terdesak kebutuhan ekonomi untuk membantu orang tua di Menado dan membayar uang kuliah serta kos dan biaya hidupnya sehari-hari.

"Saya pernah menjadi piaraan paranormal itu selama enam bulan dan segala kebutuhan hidup saya dicukupi," katanya.

Andy memiliki 'anak didik" cukup banyak dari kalangan pelajar SMU, mahasiswi, model tabloid sampai figuran pemain sinetron. Mereka kos di daerah kawasan Tebet atau Benhil agar mudah mencapai akses kemana-mana ketika ada panggilan kencan.

"Kalau anak-anak baru, seperti pelajar atau mahasiswi Rp2 juta sampai Rp3 juta. Biasanya kita mengirim foto mereka melalui MMS di handphone. Setelah tamu meilih dan cocok sama orangnya baru kita kirim. Biasanya di hotel-hotel berbintang dan langsung di kamar," jelas Andy yang mengaku sudah menggeluti dunia bisnis seks ini selama lima tahun.

No comments: