17 July 2009

'Orgasme Murah' di Kalijodo

Jakarta - Siapa tidak kenal Kalijodo? Pasti sebagian besar warga Jakarta sudah mengenalnya. Sebagai daerah 'hitam', lokalisasi kawasan ini dikenal sebagai biangnya tempat kriminalitas.

Namun di balik keangkerannya, Kalijodo memiliki daya tarik tersendiri di dalam kehidupan malam. Tidak heran bila malam tiba, Kalijodo selalu ramai dikunjungi, karena di tempat inilah ratusan pekerja seks komersial bertebaran menjajakan diri dengan tarif terjangkau.

Sebagai daerah hitam, geliat kehidupan malam Kalijodo diramaikan dengan banyaknya bertebaran warung remang-remang, bar, kafe-kafe dangdut, billiar, rumah bordir, transaksi narkoba, dan judi kecil-kecilan.

Tak heran bila transaksi perputaran omzet uang di Kalijodo ini cukup besar, bisa mencapai ratusan juta rupiah tiap malam.

Di lokalisasi ini ratusan 'kupu-kupu malam' menggantungkan hidupnya. Mereka menjajakan diri di kafe dan wisma-wisma yang menjamur di sana. Rata-rata usia mereka bervariasi antara 15-50.

Yang menarik dari kupu-kupu malam ini banyak di antara mereka masih sangat muda alias ABG. Tak heran bila beberapa waktu lalu terungkap ada 20 anak SMP di Tambora yang ikut mangkal di lokalisasi ini. Ternyata setelah diperiksa 20 anak SMP ini jadi pelacur, karena ingin memiliki ponsel dan uang jajan di sekolah.

Geliat Kalijodo terlihat bila menjelang malam, alunan musik dangdut terus menggema, sementara ratusan cewek-cewek terlihat sibuk ber-make up ria.

Ada yang sedang mengolesi bibirnya dengan lipstik, memakai bedak, bercermin dengan baju seksi, atau ada yang sedang melamun merenungi nasib.

Sebagian besar dari para PSK ini tinggal di lokalisasi dengan pengawasan ketat para mami yang menjaganya di bawah pengawasan preman yang disewanya.

Tepat pukul 22.00, kawasan ini berubah seperti pasar kaget. Ratusan 'kupu-kupu malam' mejeng sambil menggoda dengan senyum genit kepada para lelaki hidung belang yang ingin melepas syahwat.

"Mau ngamar, Mas? Nanti saya kasih yang bagus. Atau mau yang ABG, tapi harganya beda dikit gak dapat cepek (seratus ribu)," kata seorang mami ketika saya mengunjungi Kalijodo, pekan lalu.

Belum lagi saya mengiyakan, mami itu sudah memanggil seorang ABG yang masih terlihat lugu. Dengan lipstik merah menyala dan pakaian sedikit terbuka sehingga terlihat belahan dadanya yang putih, ABG itu kelihatan lebih dewasa dari usia sebenarnya.

"Ini Titin, Mas. Baru 19 tahun. Cantik khan. Kalau mau ngamar cepetan, nanti keburu disamber orang lho," kata mami itu lagi.

"Bentar lagi, Mi. Minum dulu," jawab saya sambil menawarkan segelas bir hitam kepada Titin.

Dalam obrolan singkat dengan Titin, ia mengaku terpaksa mangkal di Kalijodo, karena orang tuanya sudah tidak mampu membiayai sekolahnya lagi di kampung.

"Saya cuma tamatan SMP, cari kerja di Jakarta susah, jadinya kaya gini," kata Titin yang mengaku berasal dari Tasikmalaya itu.

Menurut Titin, dari uang Rp100 ribu yang ia terima sekali berkencan, ia harus membayar sewa kamar Rp20.000 dan memberikan ke mami Rp30.000.

"Jadi bersih saya cuma dapet Rp50.000. Yah kalau lagi bagus, saya semalem bisa dapet lima tamu. Saya juga suka dapat uang tip, kalau tamunya royal," kata Titin yang memiliki rambut sebahu dengan tahi lalat kecil di atas bibirnya itu.

Keberadaan ABG-ABG di Kalijodo ini sekarang menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga banyak para lelaki hidung belang dari berbagai penjuru sudut kota tertarik singgah di kawasan ini.

"Sebenarnya di sini aman, Mas, kalau tidak ada yang memulai. Kita udah bayar uang keamanan, kok. Jadi jangan khawatir," kata mami menimpali.

Lokalisasi Kalijodo beberapa waktu lalu sempat menjadi menjadi favorit dan berjaya. Tak hanya para preman yang menikmati keuntungan, tapi juga oknum aparat dari berbagai instansi ikut kecipratan dari transaksi bisnis dunia hitam di Kalijodo ini.

Rencana penutupan lokasi pelacuran pasca bentrok pada 2002 lalu sempat membuat Kalijodo sepi kunjungan. Namun sekarang dunia malam di Kalijodo sudah mulai menggeliat lagi, dan seperti waktu-waktu sebelumnya bila malam menjelang, Kalijodo sudah seperti pasar malam yang hiruk pikuk.

Wajah-wajah baru para pelacur muda berusia belasan tahun mewarnai kawasan itu bersaing dengan para senior menawarkan orgasme murah. Mereka terjerumus ke lembah nista mencari uang untuk membiayai hidupnya di Jakarta yang keras ini.

No comments: