Jakarta - Sebuah tempat panti pijat dengan menyuguhkan menu ratusan anak-anak baru gede (ABG) ramai dikunjungi saat after lunch. Biasanya yang datang ke tempat itu orang-orang kantoran yang ingin plesir sejenak setelah sibuk dengan rutinitas kerja.
Dering ponsel saya berdering ketika menunjukkan waktu tepat pukul 13.00. "Udah maksi (makan siang) atau belum? tanya Edo, seorang teman yang berkantor di Gedung Menara Mulia, Kuningan, Jakarta Selatan.
Sebenarnya saya tidak begitu kaget dengan dering telepon itu, karena memang hampir setiap siang Edo selalu menelepon saya.
"Udah barusan aja maksi di kantor," jawab saya.
Mendengar jawaban saya, Edo langsung melanjutkan pembicaraan. "Ada tempat bagus nih, ceweknya semua ABG dan sebagian besar keturunan. Kita ke sana yuuk. Murah cuma Rp250.000," ajak Edo yang mengaku sudah dua kali ke tempat itu.
Tidak seperti biasanya siang-siang bolong seperti ini Edo mengajak saya datang mengunjungi kawasan Kota yang terkenal dengan wisata seksnya. Biasanya kami datang untuk clubbing di kawasan ini pada malam hari setelah selesai urusan pekerjaan di kantor.
Penasaran dengan menu ABG ini maka saya pun mengiyakan ajakannya. "Kita satu mobil saja, jemput gue di kantor pukul 14.00," katanya bersemangat.
Edo adalah sahabat saya sejak 10 tahun lalu dan boleh dibilang hampir seminggu tiga kali kami clubbing bersama. Berperawakan kurus tinggi dengan rambut agak ubanan, meski usianya baru 35, Edo yang bekerja di bidang broadcast itu merupakan kawan yang menyenangkan untuk urusan dunia malam.
Sex After Lunch
Tepat pukul 14.30, kami pun sampai di Htl Tvl, sebenarnya Tvl ini bukan hotel murni untuk hunian kamar bagi tamu yang menginap. Di hotel ini selain ada tempat karaoke yang buka pada malam hari dengan menyediakan LC-LC yang sekaligus bisa untuk diajak kencan di kamar hotel itu dengan tarif Rp1 juta.
Malam hari Htl Tvl ini ramai dikunjungi berbagai kalangan, bahkan ada juga anggota DPR, pengacara, dan aktor sinetron yang menjadi langganan di hotel itu. Hotel ini juga menyediakan cewek-cewek di dalam ruangan kaca dengan tarif Rp280 ribu.
Tempat menu ABG yang ditawarkan ke saya itu adanya di sebelah lobby hotel, masuk dari pintu samping, saya pun langsung mendapatkan kunci nomer locker seperti masuk ke spa. Sebenarnya, tempat itu bukan murni panti pijat, tetapi boleh dibilang kafe resto.
Dipenuhi dengan meja bundar dan kursi seperti bar dengan pencahayaan remang-remang.
Para waiters hilir mudik sibuk tiada henti menawarkan minuman kepada setiap tamu. Sementara di depan meja dan kursi bar itu ada empat blok sofa seperti panggung berisi ratusan cewek ABG dengan baju masing-masing blok sofa berbeda, hijau, merah, kuning, dan biru
"Mereka masing-masing sofa ini ABG nya berbeda baju, karena ini menandakan beda mami," kata Edo sebelum sempat saya bertanya.
Kami pun memilih duduk di depan, sehingga bisa leluasa memandangi semua cewek ABG itu yang sibuk mengobrol. Bahkan di antara mereka ada yang sambil dandan dengan memberikan lipstik di bibir atau bedak di pipi.
"Coca colanya dua ya, batu esnya jangan banyak-banyak," Edo langsung memesan minuman kepada waiters berseragam putih yang lewat depan kami.
"Santai aja jangan keburu nafsu, biar nggak salah pilih cewek," kata Edo berbicara di dekat telinga saya, karena memang suara musik yang cukup berisik.
Tak lama kemudian, kami pun di datangi empat mami yang langsung menawarkan 'anak-anak asuhnya'.
'Itu mas yang nomer 7 baju biru , servisnya bagus, ABG keturunan masih 16 tahun," kata mami membisikkan kepada saya.
Belum saya mengiyakan, mami itu langsung memanggil nomer 7 untuk berkenalan dengan saya. "Aku Sinta," ujarnya gadis No 7 yang berkulit putih mulus dengan tinggi 165 cm itu mengulurkan tangannya. Saya pun menawarkan minuman kepada Sinta dan ia langsung memesan Krating Daeng.
Sementara temen saya Edo memilih yang berseragam baju merah dengan nomer 11 di dadanya. Tidak lama mengobrol, teman saya Edo sambil menggandeng gadis pilihannya pamit menuju kamar.
"Tambah lagi minumannya, Bang," Sinta membuka obrolannya dengan menawarkan minuman kepada saya.
Selama kurang lebih 15 menit saya mendengar cerita Sinta yang mengaku berasal dari Singkawang. "Ayo, Bang. Masuk kamar aja, kita cerita di kamar, lebih enak dan rileks," sambung Sinta sambil menarik tangan saya dan menaiki tangga menuju lantai dua yang merupakan lorong berisi kamar-kamar.
Sebelum masuk kamar, Sinta memesan satu kondom kepada waiters dan langsung dimasukkan dalam tasnya.
"Abang mau diapain, nih?" tanya Sinta begitu masuk dalam kamar sambil melepaskan seluruh pakaiannya.
"Di sini biasanya aku servis dengan di mandiin dulu, terus aku jilatin, abis itu baru kita ML (making love)," tuturnya.
Di tempat pijat ini memang tidak ada pelayanan pijat spesial, tetapi langsung transaksi seks dan memang tarifnya seperti temen saya bilang Rp250 ribu short time berikut kamarnya.
No comments:
Post a Comment